Hari masih gelap, ketika seorang pemuda tegap mulai memasuki pekarangan sebuah sederhana. Ia berjalan sempoyongan, memasuki rumah. Aroma mulutnya tercium bau alcohol menyengat. Rumah itu berlantaikan tanah berukuran empat kali empat terbuat dari tepas, beratapkan daun rumbia, peninggalan orang tuanya. Pekerangannya yang dipenuhi dengan ilalang dan rerumputan liar, pertanda tidak pernah dibersihkan. Di sebelah barat terdapat bunga kembang sepatu, yang sudak tidak tertata lagi.
Ube, nama pemuda itu. Sudah tiga bulan ia tinggal sendiri di rumah itu, lantaran ibunya yang sehari-hari menemaninya telah meninggal dunia. Sejak itu, Ube hidup sebatang kara. Hidup serba tidak menentu. Makan tidak jelas, pulang menjelang pagi dan kembali pergi meninggalkan rumah menjelang sore. Sepanjang hari ia hanya menghabiskan waktu di atas tempat tidur, beralaskan tikar pandan yang dianyam.
***
“Sudah tiga bulan ini dia begitu. Semakin tidak terurus. Makan tidak jelas, tidur tidak menentu. Dia jarang bergaul dengan masyarakat sini. Dia pulang tengah malam. Sore baru bangun. Dahbangun dia pergi lagi” kata Ratni, tetangga Ube.
Menurut Ratni, semasa ibunya masih hidup, di rumah selalu tersedia makanan untuk Ube, walau hanya nasi putih, ditambah sepotong ikan asin bakar dengan setangkai cabai merah. Ratni tahu persis sebab ia sering menemani ibunya Ube. Setelah ibunya meninggal, Ratni tidak tahu dimana Ube makan.
“Kadang kami kasihan sama dia, kami ga tahu diaman dia makan, minum atau mandi. Mau bantu tapi gimana gitu…” kata Ratni.
Ratni merupakan tetangga Ube. Semasa ibu Satinah, (ibunya Ube) masih hidup, Ratni sering membelikan obat kepada Bu Satinah. Ratni juga sering menemani Bu Satinah berobat. Sesekali membantu menyelesaikan pekerjaan rumah. Perempuan 39 tahun ini tahu, meskipun Bu Satinah punya Ube, namun Bu Satinah seperti sebatangkara. Ube datang menjelang pagi. Kadang-kadang malah tidak datang. Pernah selama 3 minggu Ube tidak pulang ke Rumah. Besoknya dua orang berbadan tegap mengaku dari Kepolisian datang ke rumah bu Satinah menanyakan keberadan Ube. Namun karena Bu Satinah sakit, sang polisi kembali pulang.
***
Bersambung…